Banda Aceh, Desember 2013 s/d 2023.
Sekarang tahun 2023..
Sulthan Alaidin Muhammad Daud Syah.
Sulthan_Lawan_KORUPSI=Penjajah,,,, Melalui :
> Perjuangan_Pisik_secara terbuka lihat dibawah ini.
> Perjuangan Secara tertutup click ini
Berikut Video 300819:
Video Full>: https://www.youtube.com/watch?v=vjYgPx2j53M
oleh Belanda
terhitung semendjak Belanda memulai agresinja ke Samalanga ditahun 1878. Dalam
tahun itu sudah tiga kali Belanda menjerang Bateé Ilië, dua kali diantaranja
adalam pimpinan djenderal K. van der Heijden sendiri. Baik serangan pertama
maupun dua kali serangan van der Heijden, Belanda terpukul mundur dengan
kekalahan hebat dipihaknja.
Penjerangan Van Heutsz ini berlangsung
pada awal Pebruari 1901. Pada tanggal 3 Pebruari 1901 setelah bertempur
habis²an, pihak Atjeh achirnja nmengosongkan benteng itu dan Van Heutsz
berhasil menguasainja.
Van Heutsz telah menjerbukan balatentara jang
besar, dibantu oleh bombardemen sedjumlah besar kapal² perang jang sengadja
didatangkan kepantai Samalanga dan sesungguhnjalah korban dipihak Belanda
sangat besar. Tapi Belanda memperketjil djumlah kerugiannja, katanja, bahwa
dalam pertempuran itu Belanda hanja menderita kerugian 5 orang tewas dan 27
orang luka² sebaliknja dipihak Atjeh telah tewas 78 orang. ¹)
Karena djatuhnja Bateé Ilië, sultan
undur ke Tanah Gajo. Adanja penjusunan gerakan mempertahankan kemerdekaan di
Tanah Gajo jang dipimpin oleh Teungku Tapa sejak tahun 1898 jang sudah sampai
merembes ke Idi, dengan sendirinja memudahkan sultan untuk mengatur koordinasi
perlawanan terhadap Belanda.Tapi Belanda sendiripun rupanja memandang bahwa soal
Gajo adalah soal hidup atau mati bagi kedudukan Belanda di Atjeh. Sebab itu
Belanda terus merencanakan penjerangan ke Gajo.
Rakjat Gajo jang sudah sadar akan bahaja
agresi Belanda dengan serempak menaikan bendera putih jang biasa disebut diGajo
„pepandji-n-umah”, pandji ini diberi berlukisan kalimah Allah, Rasul dan
keempat sahabat, dinaikkan oleh rakjat ditiap² rumahnja sebagai pertanda datang
sjaitan jang bermaksud mendjahanamkan ummat Islam, dan jang harus dihindari.
--------------------
¹). Mengenai angka jang diperkecil dan
diperbesar sebagai itu, bolehlah ditjatat apa kata Wekker, orang Belanda
sendiri, tatkala mengedjekkan bangsanja dalam brosurnja jang terkenal, pada
suatu ketika mengutip tjatatan laporan angka korban, didalamnja antara lain
tentang suatu penjerangan ke Geumpang, tulisnja : ” Een excursie naar Geumpang
onder een hoofdofficier maakte officicel 12 dooden. Een daarbij tegenwoordig
officier vertelde mij, dat slecht 3 dooden gemaakt werden en ter plaatse ook
slechts 3 graven voor de lijken te zien zijn.
Wat men al niet doet om promotie te maken !
Indonesianja : Suatu „ekskursi (batja :penjerangan ) ke Geumpang dipimpin oleh
seorang opsir tinggi melapor dengan resmi 12 tewas. Padahal seorang opsir jang
tahu bertjerita bahwa ketika itu hanja dapat ditewaskan 3 orang. Djuga ditempat
tersebut hanja ditemui 3 kuburan. Apa sadja jang tidak diperbuat, untuk
membikin diri naik”.
Halaman-632
Buku:
Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.
Baca
buku aslinya sebelah.
________________________
Timbullah perlawanan
total, tapi ketika Van Daalen ditahun 1901 dengan ribuan serdadunja jang
lengkap sendjata modern jang melakukan keganasan kepada rakjat sipil jang tak
bersendjata, banjaklah rakjat mendjadi mangsa. Dalam suatu pertempuran di Lenang
(Linggö)Van Daalen berhasil merebut sebuah bendera Atjeh, tapi Van Daalen gagal
menempati kubu sultan disitu berhubung karena serangan balasan jang
bertubi-tubi dilakukan.
Tibalah pula ketikanja Belanda lagi²
mempertontonkan tidak mempunjai kedjantanan berperang. Belanda merealiser
kesanggupannja mentjapai kemenangan perang dengan djalan menangkap ibu² jang
lemah untuk ditebus oleh sisuami Atjeh, jang memang diketahui oleh Belanda
bahwa orang Atjeh mempunjai pertanggung djawab penuh atas setiap keluarganja.
Sekali ini, Belanda berusaha hendak
menangkap isteri sultan, Lama sudah maksud ini dalam kandungan Belanda tapi
tidak berhasil, oleh karena pelindung² isteri sultan tjukup waspada. Karena
gagal dengan djalan itu, maka Belandapun menjiar²kan berita palsu. Belanda
mengetahui bahwa pada waktu itu rakjat tahu bahwa sultan sangat giat bergerilja
setjara mobil, sebentar² terdengar sultan sudah berada di Geumpang,
(pedalaman), sebentar² sudah diMeureudu, pada waktu lain tiba² terdengar pula
di Pidië, bahkan di Gajo, dan sebagainja. Mudahlah bagi Belanda untuk
menjiarkan berita jang mempengaruhi dan membingungkan.
Pada suatu ketika Belanda mengadakan
pantjingan untuk mengetahui dimana isteri sultan, Potjut Putroë berada.
Kedjadian diawal Nopember 1902, ketika disiarkan setjara luas oleh pihak
Belanda suatu berita palsu tentang sultan, bahwa dalam suatu pertempuran dengan
Belanda dihulu Panté Radja (Pidië) disebut² bahwa sultan telah tewas dan
dikubur disitu. Bersamaan dengan tersiarnja berita palsu itu, Belanda mengintip
gerak gerik orang jang ingin mengetahui kebenarannja. Dan. . . . . Belanda
berhasil mempergoki Potjut Putroë, ketika Potjut keluar dari tempat
persembunjiannja disekitar Peusangan dalam perdjalanan menudju Pidië, untuk mengetahui
setjara rahasia apakah benar sultan telah tewas.
Potjut dan pengiringnja ditangkap oleh
Belanda lalu dibawa ke Ulehleh dan ditahan disana.
Pengaruh penangkapan ini bagi sultan
memang ada. Segera sultan berusaha membebaskannja, tapi tatkala pada suatu
ketika hampir berhasil Belanda segera memindahkan Potjut Putroë ketahanan
Sabang.
Belanda menjiar²kan kabar kepedihan
penderitaan Potjut Putroë dalam tahanan, tapi rupanja masih belum mempengaruhi
benar², sehingga oleh karena itu Belanda berusaha pula mentjulik isteri ke 2
sultan jang amat disajanginja, jakni Potjut Di Tjot Murang.
Halaman-633
Buku:
Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.
____________________________
Kedjadian pada
tanggal 23 Desember 1902. Ada orang jang berchianat memberi tahu kepada Belanda
bahwa Potjut Murong sedang bersembunji di Lamlo, Peureulá. Sehubungan dengan
ini diperkenankanlah suatu peluang kepada major Van der Maaten untuk memimpin
suatu pasukan pengepungan pada malam buta ketempat jang ditentukan, Van der
Maaten berhasil menangkap Potjut Murang, anak sultan Tuanku Ibrahim (berumur 14
tahun), dan 15 orang pengiringnja.
Keadaan mendjadi akag membingungkan
bagi sultan. Diantara tokoh² Atjeh jang sudah berpihak kepada Belanda banjaklah
(diantaranja: dua orang uleebalang) jang menawarkan tebusan wang atau jang
meminta supaja Potjut diberi tahanan kota (kalau tidak dapat ; tahanan rumah)
dengan djaminan jang kuat. Tapi Belanda tidak mau, ketjuali hanya satu djalan,
jakni : ditebus dengan diri sendiri oleh sultan.
Masa itulah sultan kehilangan pedoman
dalam kewadjiban harus bergantung kepada kepentingan perdjoangan, karena
mungkin dia dalam waktu jang sama sedang menjadari benar pertanggung djawab
jang harus dipikulnja terhadap keluarganja jang sedang meringkuk dalam
kesewenang²an Belanda.
Achirnja sultanpun memilih untuk
menebus keluarganja dengan dirinja sendiri.Ini berarti bahwa dia menghentikan
perdjoangan terbuka, Usaha jang masih dapat dilakukannja sebelum menjerah
ialah mengirimkan pesan kepada Polim dan Ulama di Tiro bahwa dia
menyerahkan pimpinan perdjoangan tertinggi ketangan mereka.
Setelah itu lalu
dengan surat bertanggal 6 Djanuari 1903 dikirimkanlah olehnja kabar kepada
gubernur Van Heutsz di Kutaradja bahwa dia bersedia menyerah.
Bermula sultan
menghendaki sarat², diantaranja bahwa dia tidak hendak bertanggung djawab
kepada Belanda Djika perlawanan masih berlandjut. Sebagai seorang radja, dia
berkehendak mendapat perlakuan menurut kebiasaan internasional jang lazim.
Disamping itu sultan membuat beberapa ketentuan tentang prosedur penjerahan.
Dia menentukan tokoh² berat Atjeh Besar jang sudah berpihak
Halaman-634
Buku: Mohammad Said,
Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.
___________________________
kepada Belanda jang
harus datang mendjemputnya disatu tempat. Perwira tertinggi Belanda dibagian
itu harus mendjemputnja ditempat jang ditentukan, untuk kemudian ber-sama²
berangkat ketempat dimana dengan resmi penjerahan dilangsungkan.
Van Heutsz menerima kabar permintaan
menjerah itu dengan sangat gembira. Van Heutsz menjambut
bahwa dia bersedia
memenuhi sjarat² jang diingini oleh sultan, ketjuali dalam hal² jang dia
sendiri tidak berwenang memutuskannja dan dalam hal jang mutlak tidak mungkin.
Hal jang dia sendiri katanja tidak dapat
memutuskan, ialah bahwa hanja kepada gubernur djenderal Belanda di Djakarta
tergenggam wewenang untuk menentukan bagaimana sultan akan diperlakukan dan
kemana sultan ditempatkan.
Hal jang mutlak ialah bahwa sultan harus
menandatangani penyerahan dimana akan diterangkan bahwa dia mengakui takluk dan
bahwa dia tidak boleh mengadakan perlawanan lagi.
Dalam susunan kata nampaknja sarat²
Belanda sedikit, tapi dalam isi djelaslah bahwa sultan akan menjerahkan seluruh
nasibnja kepada Belanda. Jang dibenarkan sarat jang diingini oleh sultan
hanjalah beberapa penentuan tentang etiket sebelum selesai penandatanganan
penjerahan diri.
Sesuai dengan permintaan, Van Heutsz
mengirim tokoh² jang mengelukan jang akan diantarkan chas oleh kapal „Sibolga”
dari Ulehleh ke Sigli. Mereka itu ialah :1. Tuanku Mahmud, paman sultan, adik
marhum Tuanku Hasjim, paman sultan, 2. Tuanku Ibrahim, anak marhum Tuanku
Hasjim, 3. Tuanku Husin, bekas panglima Atjeh, 4. dua orang uleebalang
terkemuka (jang sudah bekerja sama) jakni Panglima XXV dan XXVI mukim jang
djuga sudah bekerja sama, dan ke-6 ialah tiga orang anggota keturunan Polim.
Tjepat djuga segala²nja diurus,
Kapal ”Sibolga” sudah berada di Sigli tanggal 8 Djanuari 1903 pagi². Hari itu
djuga tiba di Sigli sebagai rombongan pengelu² beberapa uleebalang jang sudah
diakui Belanda jakni uleebalang Pidië, Meureudu dan Samalanga.
Sultan didjemput oleh mereka ke Arusan
(Ië Leubuë), lalu diantar ke Asam Kumbang. Di Djaman telah menunggu kereta api
ekstra, jang akan membawa sultan setjara kehormatan naik melewati Sigli menudju
Peukan Pidië, beristirahat disini, tanggal 10 Djanuari 1903, sultan dan
rombongan berangkat menudju Sigli. Sesampai distasiun Sigli, sultan disambut
oleh pihak militer Belanda jang dikepalai oleh major Van der Maaten sendiri.
Tanggal 13 sultan, isterinja Potjut
Murang dengan rombongan pengiring 175 orang bertolak dari Sigli menudju Ulehleh
dengan sebuah kapal perang, ”Sumbawa” dan ”Dag”. Di Ulehleh sudah
Halaman-635
Buku: Mohammad Said,
Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.
Baca Selengkapnya.,,,,,,,,
Buku: Mohammad Said,
Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.(3) Click Perjuangan Sulthan Aceh melalui Fisik (secara terbuka)
(2) Click Perjuangan Sulthan Aceh melalui Fisik (secara tertutup)
(1) PerjuanganSulthan Aceh dengan Keteguhan Iman
@Banda Aceh, 2013-2023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar