Jumat, 27 Desember 2013

1). Perjuangan_Pisik_terbuka



Banda Aceh, Desember 2013 s/d 2023.

  Sekarang tahun 2023..

Sulthan Alaidin Muhammad Daud Syah.
Sulthan_Lawan_KORUPSI=Penjajah,,,, Melalui :

> Perjuangan_Pisik_secara terbuka lihat dibawah ini.               



>   Perjuangan Secara tertutup click ini


Berikut Video 300819:








oleh Belanda terhitung semendjak Belanda memulai agresinja ke Samalanga ditahun 1878. Dalam tahun itu sudah tiga kali Belanda menjerang Bateé Ilië, dua kali diantaranja adalam pimpinan djenderal K. van der Heijden sendiri. Baik serangan pertama maupun dua kali serangan van der Heijden, Belanda terpukul mundur dengan kekalahan hebat dipihaknja.
       Penjerangan Van Heutsz ini berlangsung pada awal Pebruari 1901. Pada tanggal 3 Pebruari 1901 setelah bertempur habis²an, pihak Atjeh achirnja nmengosongkan benteng itu dan Van Heutsz berhasil menguasainja.
       Van Heutsz telah menjerbukan balatentara jang besar, dibantu oleh bombardemen sedjumlah besar kapal² perang jang sengadja didatangkan kepantai Samalanga dan sesungguhnjalah korban dipihak Belanda sangat besar. Tapi Belanda memperketjil djumlah kerugiannja, katanja, bahwa dalam pertempuran itu Belanda hanja menderita kerugian 5 orang tewas dan 27 orang luka² sebaliknja dipihak Atjeh telah tewas 78  orang. ¹)
       Karena djatuhnja Bateé Ilië, sultan undur ke Tanah Gajo. Adanja penjusunan gerakan mempertahankan kemerdekaan di Tanah Gajo jang dipimpin oleh Teungku Tapa sejak tahun 1898 jang sudah sampai merembes ke Idi, dengan sendirinja memudahkan sultan untuk mengatur koordinasi perlawanan terhadap Belanda.Tapi Belanda sendiripun rupanja memandang bahwa soal Gajo adalah soal hidup atau mati bagi kedudukan Belanda di Atjeh. Sebab itu Belanda terus merencanakan penjerangan ke Gajo.
       Rakjat Gajo jang sudah sadar akan bahaja agresi Belanda dengan serempak menaikan bendera putih jang biasa disebut diGajo „pepandji-n-umah”, pandji ini diberi berlukisan kalimah Allah, Rasul dan keempat sahabat, dinaikkan oleh rakjat ditiap² rumahnja sebagai pertanda datang sjaitan jang bermaksud mendjahanamkan ummat Islam, dan jang harus dihindari.
--------------------
¹). Mengenai angka jang diperkecil dan diperbesar sebagai itu, bolehlah ditjatat apa kata Wekker, orang Belanda sendiri, tatkala mengedjekkan bangsanja dalam brosurnja jang terkenal, pada suatu ketika mengutip tjatatan laporan angka korban, didalamnja antara lain tentang suatu penjerangan ke Geumpang, tulisnja : ” Een excursie naar Geumpang onder een hoofdofficier maakte officicel 12 dooden. Een daarbij tegenwoordig officier vertelde mij, dat slecht 3 dooden gemaakt werden en ter plaatse ook slechts 3 graven voor de lijken te zien zijn.
Wat men al niet doet om promotie te maken ! Indonesianja : Suatu „ekskursi (batja :penjerangan ) ke Geumpang dipimpin oleh seorang opsir tinggi melapor dengan resmi 12 tewas. Padahal seorang opsir jang tahu bertjerita bahwa ketika itu hanja dapat ditewaskan 3 orang. Djuga ditempat tersebut hanja ditemui 3 kuburan. Apa sadja jang tidak diperbuat, untuk membikin diri naik”.

 Halaman-632
Buku: Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.
Baca buku aslinya sebelah.

________________________


Timbullah perlawanan total, tapi ketika Van Daalen ditahun 1901 dengan ribuan serdadunja jang lengkap sendjata modern jang melakukan keganasan kepada rakjat sipil jang tak bersendjata, banjaklah rakjat mendjadi mangsa. Dalam suatu pertempuran di Lenang (Linggö)Van Daalen berhasil merebut sebuah bendera Atjeh, tapi Van Daalen gagal menempati kubu sultan disitu berhubung karena serangan balasan jang bertubi-tubi dilakukan.
       Tibalah pula ketikanja Belanda lagi² mempertontonkan tidak mempunjai kedjantanan berperang. Belanda merealiser kesanggupannja mentjapai kemenangan perang dengan djalan menangkap ibu² jang lemah untuk ditebus oleh sisuami Atjeh, jang memang diketahui oleh Belanda bahwa orang Atjeh mempunjai pertanggung djawab penuh atas setiap keluarganja.
       Sekali ini, Belanda berusaha hendak menangkap isteri sultan, Lama sudah maksud ini dalam kandungan Belanda tapi tidak berhasil, oleh karena pelindung² isteri sultan tjukup waspada. Karena gagal dengan djalan itu, maka Belandapun menjiar²kan berita palsu. Belanda mengetahui bahwa pada waktu itu rakjat tahu bahwa sultan sangat giat bergerilja setjara mobil, sebentar² terdengar sultan sudah berada di Geumpang, (pedalaman), sebentar² sudah diMeureudu, pada waktu lain tiba² terdengar pula di Pidië, bahkan di Gajo, dan sebagainja. Mudahlah bagi Belanda untuk menjiarkan berita jang mempengaruhi dan membingungkan.
       Pada suatu ketika Belanda mengadakan pantjingan untuk mengetahui dimana isteri sultan, Potjut Putroë  berada. Kedjadian diawal Nopember 1902, ketika disiarkan setjara luas oleh pihak Belanda suatu berita palsu tentang sultan, bahwa dalam suatu pertempuran dengan Belanda dihulu Panté Radja (Pidië) disebut² bahwa sultan telah tewas dan dikubur disitu. Bersamaan dengan tersiarnja berita palsu itu, Belanda mengintip gerak gerik orang jang ingin mengetahui kebenarannja. Dan. . . . . Belanda berhasil mempergoki Potjut Putroë, ketika Potjut keluar dari tempat persembunjiannja disekitar Peusangan dalam perdjalanan menudju Pidië, untuk mengetahui setjara rahasia apakah benar sultan telah tewas.
       Potjut dan pengiringnja ditangkap oleh Belanda lalu dibawa ke Ulehleh dan ditahan disana.
       Pengaruh penangkapan ini bagi sultan memang ada. Segera sultan berusaha membebaskannja, tapi tatkala pada suatu ketika hampir berhasil Belanda segera memindahkan Potjut Putroë ketahanan Sabang.
       Belanda menjiar²kan kabar kepedihan penderitaan Potjut Putroë dalam tahanan, tapi rupanja masih belum mempengaruhi benar², sehingga oleh karena itu Belanda berusaha pula mentjulik isteri ke 2 sultan jang amat disajanginja, jakni Potjut Di Tjot Murang.
Halaman-633
Buku: Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.
____________________________




Kedjadian pada tanggal 23 Desember 1902. Ada orang jang berchianat memberi tahu kepada Belanda bahwa Potjut Murong sedang bersembunji di Lamlo, Peureulá. Sehubungan dengan ini diperkenankanlah suatu peluang kepada major Van der Maaten untuk memimpin suatu pasukan pengepungan pada malam buta ketempat jang ditentukan, Van der Maaten berhasil menangkap Potjut Murang, anak sultan Tuanku Ibrahim (berumur 14 tahun), dan 15 orang pengiringnja.
        Keadaan mendjadi akag membingungkan bagi sultan. Diantara tokoh² Atjeh jang sudah berpihak kepada Belanda banjaklah (diantaranja: dua orang uleebalang) jang menawarkan tebusan wang atau jang meminta supaja Potjut diberi tahanan kota (kalau tidak dapat ; tahanan rumah) dengan djaminan jang kuat. Tapi Belanda tidak mau, ketjuali hanya satu djalan, jakni : ditebus dengan diri sendiri oleh sultan. 
        Masa itulah sultan kehilangan pedoman dalam kewadjiban harus bergantung kepada kepentingan perdjoangan, karena mungkin dia dalam waktu jang sama sedang menjadari benar pertanggung djawab jang harus dipikulnja terhadap keluarganja jang sedang meringkuk dalam kesewenang²an Belanda.
        Achirnja sultanpun memilih untuk menebus keluarganja dengan dirinja sendiri.Ini berarti bahwa dia menghentikan perdjoangan terbuka, Usaha jang masih dapat dilakukannja sebelum menjerah ialah mengirimkan pesan kepada Polim dan Ulama di Tiro bahwa dia menyerahkan pimpinan perdjoangan tertinggi ketangan mereka.
Setelah itu lalu dengan surat bertanggal 6 Djanuari 1903 dikirimkanlah olehnja kabar kepada gubernur Van Heutsz di Kutaradja bahwa dia bersedia menyerah.
Bermula sultan menghendaki sarat², diantaranja bahwa dia tidak hendak bertanggung djawab kepada Belanda Djika perlawanan masih berlandjut. Sebagai seorang radja, dia berkehendak mendapat perlakuan menurut kebiasaan internasional jang lazim. Disamping itu sultan membuat beberapa ketentuan tentang prosedur penjerahan. Dia menentukan tokoh² berat Atjeh Besar jang sudah berpihak

Halaman-634
Buku: Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.
___________________________
kepada Belanda jang harus datang mendjemputnya disatu tempat. Perwira tertinggi Belanda dibagian itu harus mendjemputnja ditempat jang ditentukan, untuk kemudian ber-sama² berangkat ketempat dimana dengan resmi penjerahan dilangsungkan.
       Van Heutsz menerima kabar permintaan menjerah itu dengan sangat gembira. Van Heutsz menjambut
bahwa dia bersedia memenuhi sjarat² jang diingini oleh sultan, ketjuali dalam hal² jang dia sendiri tidak berwenang memutuskannja dan dalam hal jang mutlak tidak mungkin.
       Hal jang dia sendiri katanja tidak dapat memutuskan, ialah bahwa hanja kepada gubernur djenderal Belanda di Djakarta tergenggam wewenang untuk menentukan bagaimana sultan akan diperlakukan dan kemana sultan ditempatkan.
    Hal jang mutlak ialah bahwa sultan harus menandatangani penyerahan dimana akan diterangkan bahwa dia mengakui takluk dan bahwa dia tidak boleh mengadakan perlawanan lagi.
        Dalam susunan kata nampaknja sarat² Belanda sedikit, tapi dalam isi djelaslah bahwa sultan akan menjerahkan seluruh nasibnja kepada Belanda. Jang dibenarkan sarat jang diingini oleh sultan hanjalah beberapa penentuan tentang etiket sebelum selesai penandatanganan penjerahan diri.
        Sesuai dengan permintaan, Van Heutsz mengirim tokoh² jang mengelukan jang akan diantarkan chas oleh kapal „Sibolga” dari Ulehleh ke Sigli. Mereka itu ialah :1. Tuanku Mahmud, paman sultan, adik marhum Tuanku Hasjim, paman sultan, 2. Tuanku Ibrahim, anak marhum Tuanku Hasjim, 3. Tuanku Husin, bekas panglima Atjeh, 4. dua orang uleebalang terkemuka (jang sudah bekerja sama) jakni Panglima XXV dan XXVI mukim jang djuga sudah bekerja sama, dan ke-6 ialah tiga orang anggota keturunan Polim.
       Tjepat djuga segala²nja diurus,  Kapal ”Sibolga” sudah berada di Sigli tanggal 8 Djanuari 1903 pagi². Hari itu djuga tiba di Sigli sebagai rombongan pengelu² beberapa uleebalang jang sudah diakui Belanda jakni uleebalang Pidië, Meureudu dan Samalanga.
       Sultan didjemput oleh mereka ke Arusan (Ië Leubuë), lalu diantar ke Asam Kumbang. Di Djaman telah menunggu kereta api ekstra, jang akan membawa sultan setjara kehormatan naik melewati Sigli menudju Peukan Pidië, beristirahat disini, tanggal 10 Djanuari 1903, sultan dan rombongan berangkat menudju Sigli. Sesampai distasiun Sigli, sultan disambut oleh pihak militer Belanda jang dikepalai oleh major Van der Maaten sendiri.
        Tanggal 13 sultan, isterinja Potjut Murang dengan rombongan pengiring 175 orang bertolak dari Sigli menudju Ulehleh dengan sebuah kapal perang, ”Sumbawa” dan ”Dag”. Di Ulehleh sudah

Halaman-635
Buku: Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.


     Baca Selengkapnya.,,,,,,,,
        Buku: Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Medan 1961, Cetakan pertama.




(3) Click Perjuangan Sulthan Aceh melalui Fisik (secara terbuka)

(2) Click Perjuangan Sulthan Aceh  melalui Fisik (secara tertutup)

(1) PerjuanganSulthan Aceh dengan Keteguhan Iman


@Banda Aceh, 2013-2023.